rekayasa dialektika dihujani warna suara
Tanpa penguatan, warna itu sekejap kan pudar
Sepintas dari ingatan, terbuang ke dunia luar
Maaf, pijakanmu hancur sebelum kau pijak
Seolah karena alam, padahal kau sendri yang merusak
Selesai, terucap salam
Menyeruak, lontaran pikiran subjektifitasmu tanpa alas
tertawa puas kau di atas
namun, tanpa kau sadari telah kau lepas
ya, melepas ikatan makna
kini suaramu tak bernyawa
bagaimana kau dengar kami, jika kau sumbat telingamu
bagaimana kau lihat kami, jika tlah kau butakan matamu
bagaimana kau lisankan keinginan kami, jika tlah kau bungkam suara hatimu
Maaf, kakimu lumpuh sebelum kau melangkah
seolah karena alam, padahal kau sendiri yang mengubah
selesai, bantingan kata. Lantunan tanpa makna
terbangkan kesabaran, kau seperti setan
Mengelus dada, oh rajinnya...
menghadapimu, tiada rasa
acuh mata, tetap merona
biar angin berkata apa
ini pilihan kami, lepaskan saja