Selasa, 31 Agustus 2010

waktu itu

Menebar harapan di ladang impian
tak letih ku lakukan
fajar belum datang,
karena ku yang kan menjemputnya
seperti ia menjembut keinginan manusia untuk mengubah masa depannya.
jika mereka menginginkan perubahan itu.

Sosok yang ku rindu kini berada di depanku.
entah mengapa tak berani ku tatap matanya lama
sekilas saja kucuri cahaya kejoranya,
letih melekat erat dibalik senyum kecilnya
atau senyum itu hanya khayalku.

bagai ditampar angin, sebuah kabar itu membuatku ingin segera meninggalkannya
sebelum hujan membasahi bulu mataku.
sejenak melihat, kupikir sudah cukup,
karena ku yakin esok pun aku masih bisa melihat kejoranya.
ya, walau harus mencuri dan bersembunyi di balik jarak.

tak ada alasan untuk setia,
tapi aku tak bisa biarkan rasa menguasai hati
atau aku akan gila karena kau yang berarti
ku harap sapa kita tak terhenti sampai di sini

harapan itu menggenang jernih di dalam angan,
bak mata air yang belum terjamah
kan ku simpan di balik gunung atau tebing paling terjal
agar tak ada tangan-tangan nakal yang kan mencemarinya

kau yang di sana bersamanya
senyum kan selalu ku ukir tanpa luka
indahnya cinta, kini mulai aku rasa
benar saja kata "almarhum"
janganlah kamu terlalu mencinta, jika dia bukanlah yang memang pastinya
karena kau terlalu mudah untuk menangis
namun kau terlalu manis membagi perhatianmu
hingga kau sering lupa akan dirimu

semua asa berpadu pada suatu masa
kini biarlahku berlari, melepaskan air mata
yang sampai saat ini masih setia melingkari kejoraku
tak apa, aku terima
dengan begitu, ku lebih sering ingat pada-Nya
untuk memenuhi hatiku dengan cinta-Nya
kalaupun ada cinta yang lain,
ku ingin cinta ini sungguh cinta karena mengharap ridho-Nya
khilafku sebagai manusia biasa, adalah ilmu perubahan yang sangat berharga
maka tak kan ku lupa
semua butir air kenangan tersisa di tangan nakalku yang senang membasuh butir itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar