Jumat, 04 April 2014

5/4/14

Adakah ku bebaskan rasa ini
Ketika jarak telah dibentangkn
Pun adanya rasa khawatir
jika hati telah memilihnya lebih dari rasa saat ini,
Dengan balasan yg manis
Sedang restu tiada dapat

Adakah ku lepaskan saja rasa ini
Setelah doa yang tak henti dan
Pertunjukkan air mata
Dari skenario yang tak pernah tercipta

Biar ku bebaskan kelak rasa ini
Agar tiada lagi yang tertawan di hati

Jumat, 21 Maret 2014

Sepucuk doa walimah

Sebentar ku semai kata di kebun. Lekas ketika ranum kelak segera kupetik nan rangkaian lengkap dengan sisipan doa.
Kiranya inilah untaian doa yg kutuliskan untukmu, kawan seperjuangan di tanah mahasiswa -kampus-

Barokallah atas pencapaian hidupmu yang baru. Saqinah, mawadah wa rohmah menjadi doa yg senantiasa mengalir untuk kawanku dan dirinya yang telah menjadi pelabuhan hati setelah pelayaran asamu sekian waktu.

Semoga Allah senantiasa merahmati cinta yang telah dipersatukan atas kehendakNya.

Jumat, 07 Maret 2014

Untukmu

Sambil menunggumu datang, ku tuliskan doa di langit. Semoga berkahnya seperti hujan yg turun ke bumi dg manisnya.
-pemilik tulang rusuk-

Rabu, 26 Februari 2014

Pesan rindu katanya

Rindu mereka mungkin tak terlihat seperti rindumu, kawan
Rindu yang menyampaikan haru

Hanya saja...
Hati punya rasa, bagaimana jika ia terluka. Obat seperti apa yg harusku berikan untuk mengobatinya

Kiranya baikkah keadaan mereka?
Kupikir, tanya kabar lebih menyenangkan dari sapa yg tak bisa  dibalas
Adakah mereka sehat?
Sudahkah mereka membaca pesan ini?

-pesan rindu katanya-
BEMUNJ'13
Tsurayya

Minggu, 23 Februari 2014

Sajak penantian 1

Debar ini mungkin seperti derap doa yang dipanjatkan. Tentang penantian hati dengan pengharapan restu kelak.
Belumlah tau siapa yang kan menyematkan si lingkar manis ke jari yang manis pula.
Sembari berbenah diri, di sini setia dengan waktu untuk menunggu.
Kamu, wahai pemilik tulang rusukku.

-sajak penantian-
Kolong langit
23/2/14

Senin, 16 Mei 2011

catatan usang

Cahaya sekitar redup
Hanya pelangi dan bintang yang terang
Temaram malam tak ada arti,
hiraukan bisik angin pun tidak
Hanya pelangi dan bintang yang terang
Bersama menyeberang hingga sampai tujuan
Tak sengaja tertangkap sorot layu
hujan turun bukan rayu
Lirik lengkung bak serdadu perang
terperangkap pada labirin waktu
siap menerjang
Hanya pelangi dan bintang yang terang
Pergi dalam keterasingan
sebuah pilihan harap juga pada tujuan


Catatan Tsurayya
awal tahun

Sisi Langit yang Lain (2)

Kabut berselimut. Lirikku pada rumah-rumah parau akan dingin. Semua masih sembunyi di dalam istana mimpi masing-masing. Hening. Tak ada geming. Rindu riakku pada bintang di sudut langit yang lain. Tegak kaki tatap atas tantang langit. Hai, matahari, hari ini ku tak intip kau dari kolong langit. Mataku awas perhatikan langkah cahayamu menggempur dingin hingga nadi. Detik demi detik jadi relung baru pada rasa takjub ingin tahu, akankah di sudut langit yang lain aku mampu lihat dirimu juga.
Masih menunggu bersama embun di ujung daun hati. Kau mengintip di kejauhan sana. Aku tahu. Kau tak bisa sembunyi, cahayamu terlalu terang untuk diculik gelap, lagi pula waktu mengharuskan kau hadir. Tidak harus dipercepat atau diperlambat, semua sudah pada takar aturan-Nya. Garis oranye yang kau toreh seperti lengkung senyum, sambut aku yang menanti. Aroma embun menyeruak dalam benak, berenang-renang pada udara dingin yang melanglang buana.
Satu garis lagi kau trehkan, lebih panjang, lebih lebar, lebih terang. Hitung mundur jadi permainan menantang langit yang baru. Dan kau hadir, peluk aku hangatnya dirimu. Pancaranmu temaniku jelajahi taman ilalang di kolong langit yang lain. Esok aku akan datang, untuk menjemput lagi dirimu. Gandeng aku selusuri mampi hari baru.

Catatan Tsurayya
awal tahun